Selasa, 02 Oktober 2012

Stand Up Comedy: Upaya Mencerdaskan Penonton TV Indonesia

Kalo saja tidak ada Kompas TV maupun Metro TV, barangkali era komedi cerdas yang sudah diperjuangkan sejak zaman Warkop DKI dan selanjutnya oleh Bagito, tak akan pernah muncul lagi. Yang muncul justru komedi-komedi yang sama sekali tidak mendidik (baca: cerdas). Komedi yang hanya mengandalkan pukul-pukulan dengan styrofoam, dorong-dorongan sampai si komedian terjatuh, melempar tepung ke wajah, dan aneka komedi slapstik lain yang cenderung kasar.
Lewat program Stand Up Comedy yang berkonsep kompetisi dengan sistem eliminasi,Kompas TV berhasil menarik minat penonton untuk menyaksikan “komedi pintar” ini. Tak ada satu pun bahan tawa yang dibawakan comic (istilah untuk komedian yang membawakan joke) menggunakan styrofoam sebagaimana program komedi Opera van Java.




Program “Stand Up Comedy Show” di Metro TV. Rating-nya ok, sponsor-nya pun ok.
Jika Kompas TV menggunakan konsep kompetisi, Metro TV berbeda lagi. Televisi swasta yang bermarkas di Kedoya, Jakarta Barat ini menampilkan comic-comicprofesional yang memang sudah berkecimpung di dunia stand up comedy, sebut saja Iwel, Stany Agustaf, dan beberapa comic lain. Hebatnya, program Metro TV yang berjudulStand Up Comedy Show dan ditayangkan tiap Rabu pukul 22:30 WIB ini berhasil secara rating dan sponsor.
“Mungkin penonton sudah jenuh dengan komedi yang selama ini tampil di televisi, sehingga sekarang era stand up comedy,” ujar Agus Mulyadi, Production and CreativeDepartement Manager di Metro TV.

Meski menampilkan comic-comic handal, Metro TV tetap menampilkan comic-comicyang belum punya nama, tetapi ternyata memiliki potensi yang luar biasa. Mongol dan Soleh Solihun, misalnya. Dua nama ini sekarang ini berhasil menjadi primadona penontonstand up comedy. Betapa tidak, materi joke mereka (istilah dalam dunia stand up comedy adalah beat) kocak dan bikin penonton terpingkal-pingkal.  Saking ngetop-nya, Mongol belakangan sering muncul di beberapa televisi.
Di twitter, pria asli Manado ini memiliki akun @Mongol_Stres yang konon akun-nya dibuatkan oleh Pandji Pragiwaksono, penyiar radio, host, dan juga dikenal sebagaicomic. Awalnya ketika pertama kali diundang Metro TV untuk menjadi comic di Stand Up Comedy Showfollower-nya cuma 70 followers. Namun begitu selesai muncul, langsung melejit menjadi 2.000-an followers. Kini jumlah followers pria bernama asli Rony Imannuel ini mencapai 5.681 followers.
Beda lagi dengan Soleh Solihun. Pria yang berkerja sebagai jurnalis di majalah musikRolling Stone ini sudah lebih dulu memiliki banyak followers. Dengan akun@solehsolihun, jumlah followers-nya kini mencapai 31.614 followers.  “Tiap sehabis tampil, jumlah followers saya bertambah 2 ribuan followers,” aku Soleh yang mengaku bercita-cita ingin jadi rocker, tetapi sepertinya lebih pantas jadi Ustadz karena namanya.
Meski di kalangan penonton televisi belum begitu ngetop, tetapi Soleh Solihun ini sudah punya komunitas penggemarnya, lho. Solsolovers, nama klab para penggemar Soleh Solihun. Sebagian besar penggemarnya adalah followers di twitter.
“Biasanya kami sering datang kalo Soleh perform,” ujar Miranda Suz, salah seorangSolsolovers. “Kalo kebetulan nggak bisa, kita nge-retweet aja dimana Soleh perform, sehingga penggemar yang kebetulan punya waktu, bisa hadir melihat Soleh”.
Seperti kata Agus Mulyadi, happening-nya stand up comedy barangkali akibat kejenuhan penonton terhadap komedi-komedi slapstik. Dan hal tersebut boleh jadi mengindikasikan penonton televisi Indonesia sudah semakin cerdas, sehingga kehadiran stand up comedyseolah merupakan jawaban atas kekangenan penonton-penonton cerdas, plus mencerdaskan penonton televisi.


Soleh Solihun, salah seorang comic yang populer dari jagat stand up comedy kini memiliki fans club bernama “Solsolovers”.
Stand up comedy sendiri sebenarnya berasal dari Inggris yang sudah muncul sekitar abad ke 18 - 19. Namun perkembangan di Amerika Serikat lebih cepat daripada di Inggris. Baru pada 1966, istilah stand-up comic muncul.
Menurut Jim Mendrinos diwww.twodrinkmin.com, hingga abad ke-18, komedi masih eksklusif milik gedung pertunjukan. Thomas Dartmouth “Daddy” Rice dianggap sebagai penemu minstrel showsatau pertunjukan di atas panggung yang populer dan menampilkan comic, lagu serta tarian. Di minstrel show, materi joke yang diusung biasanya sering mengolok-olok tetang ras. Maklumlah, saat itu era perang dan isu rasis juga masih menggelora.
Di antara segmen di minstrel show terdapat penampilan The Endmen yang membawakan‘stump speech’ atau ‘pidato politik.’ Di sini monolog satir yang mengolok-olok kondisi terkini dan figur politik dibawakan dengan jenaka. Penampilan The endmen itulah yang dianggap mirip dengan stand-up comedy masa kini dan menjadi cikal bakal comicberdiri di depan penonton sendirian.
Era ’70-an di Amerika Serikat, lahir nama Richard Pryor dan George Carlin yang menjadi ikon di stand-up comedy. Lalu diikuti Robin Williams, Jerry Seinfeld, dan Steven Wright yang muncul di era ’90-an. Yang tak boleh ditinggalkan juga nama Jim Carrey sebagaicomic yang juga cukup popoler.
Di Indonesia, Iwel sempat mendeklarasikan diri sebagai stand up comedian Indonesia pertama yang tampil sendiri membawakan beat-beat sebagai bahan joke. Ini terjadi pada 6 Maret 2004, saat ia perform selama 75 menit di Gedung Kesenian Jakarta. Berbeda dengan Warkop DKI yang saat perform selalu bertiga, meski jokes mereka masuk dalam kategori beat atau materi stand up comedy. Sementara Iwel, sebelum perform sendiri di GKJ, pada 1998 ia sudah banting stir menjadi stand up comedy gara-gara menyaksikan film dokumenter Bob Hope dan Seinfeld. Dengan mempelajari stand up comedy via internet, buku, dan video, ia akhirnya memberanikan diri melawak seorang diri tanpa harus berame-rame (grup).
Sebelum Iwel, tulis Pandji Pragiwaksono di blog-nya, ada 3 nama yang turut berjuang  mempopulerkan stand up comedy di Indonesia, yakni Warkop DKI, Taufik Safalas, dan Ramon Papana. “Memang Warkop bukan stand up comedy, tapi evolusi menuju stand up comedy di Indonesia,” tulis Pandji. “Tapi pantas untuk diakui, merekalah yang berhasil mempenetrasi kultur”.
Almarhum Taufik Savalas sempat membuat program televisi bertajuk Comedy Cafe. Namun saat itu, apa yang dilakukan oleh lmarhum belum dikatakan stand up comedy, melainkan joke tellingJoke telling itu menceritakan anekdot, lelucon umum, tebak tebakan. Sementara stand up comedy itu monolog lucu yang menceritakan ulang fenomena sosial yang ada di masyarakat. Mengambil sample dari kehidupan dan diceritakan kembali kepada penonton. Meski begitu, Taufik berhasil menjadi komedian yang pertama kali melucu sendiri di atas panggung, dimana kemampuan ini merupakan kriteria seorang comic di stand up comedy.
Ramon Papana adalah pria yang konsisiten mengembangkan stand up comedy. Sejak 1997, pemilik Comedy Cafe yang berlokasi di Kemang, Jakarta Selatan ini rajin menggelar open mic. Ramon bisa jadi merupakan salah satu orang paling tepat untuk dijadikan guru soal stand up comedy. Maklumlah, teknik-teknik stand up comedy begitu ia kuasai.
Tanpa kehadiran beliau, stand up comedy tidak akan pernah punya rumah. Because of him, we have a home,” puji Pandji pada Ramon yang belakangan disebut sebagai the legend of stand up comedy Indonesia ini.

sumber : http://hiburan.kompasiana.com/televisi/2011/11/05/stand-up-comedy-upaya-mencerdaskan-penonton-tv-indonesia/

0 komentar:

Posting Komentar